Pada era digital ini, berbagai topik seputar kehamilan dan reproduksi semakin mendapatkan sorotan di dunia maya. Salah satu topik yang tengah viral dan banyak dibahas oleh netizen adalah praktik “surrogate mother” atau ibu pengganti. Artikel ini akan mengulas fenomena ini, memahami konsep surrogate mother, bagaimana prosesnya, serta sejauh mana dampak dan kontroversi yang melibatkan masyarakat netizen.

Apa Itu Surrogate Mother?

Surrogate mother, atau ibu pengganti, adalah seseorang yang hamil dan melahirkan bayi untuk orang lain. Praktik ini dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti masalah kesehatan reproduksi, kesulitan hamil, atau pilihan untuk tidak hamil secara langsung. Ada dua jenis utama surrogate mother:

  1. Traditional Surrogacy:
    Dalam traditional surrogacy, ibu pengganti menyumbangkan sel telurnya atau sel telur dari donor, dan sperma dari pasangan yang ingin memiliki anak digunakan untuk pembuahan. Ibu pengganti ini akan menjadi ibu biologis karena mengandung sel telurnya sendiri.
  2. Gestational Surrogacy:
    Pada gestational surrogacy, ibu pengganti tidak menyumbangkan sel telurnya. Sebaliknya, sel telur dari calon ibu atau donor digunakan, yang kemudian dibuahi dengan sperma pasangan yang ingin memiliki anak. Ibu pengganti ini tidak memiliki hubungan biologis dengan anak yang akan dilahirkan.

Proses dan Legalitas Surrogate Mother:

  1. Pemilihan Ibu Pengganti:
    Pasangan yang ingin memiliki anak atau individu yang mencari ibu pengganti akan melakukan pemilihan berdasarkan berbagai kriteria seperti kesehatan fisik dan mental, riwayat kehamilan sebelumnya, dan aspek-aspek lainnya.
  2. Persetujuan dan Kontrak:
    Setelah pemilihan, pihak-pihak yang terlibat akan menyusun kontrak yang mencakup segala aspek, termasuk hak dan tanggung jawab ibu pengganti, pembayaran yang diterimanya, serta persetujuan atas perawatan medis dan keputusan-keputusan lainnya.
  3. Pemilihan Metode:
    Pasangan yang ingin memiliki anak akan memilih antara traditional atau gestational surrogacy, sesuai dengan preferensi dan keadaan medis yang terlibat.
  4. Proses Medis:
    Proses medis melibatkan pembuahan sel telur dan pengembangan embrio di luar rahim, yang kemudian diimplan ke dalam rahim ibu pengganti. Proses ini dapat dilakukan melalui in vitro fertilization (IVF).
  5. Kehamilan dan Persalinan:
    Ibu pengganti akan menjalani kehamilan dan melahirkan bayi. Setelah persalinan, proses adopsi atau perpindahan hak akan diatur sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.

Kontroversi dan Pendapat Netizen:

  1. Moralitas dan Etika:
    Praktik surrogate mother sering kali menimbulkan pertanyaan tentang moralitas dan etika, terutama terkait dengan komodifikasi tubuh perempuan dan potensi eksploitasi. Beberapa netizen berpendapat bahwa kehamilan seharusnya tidak dijadikan sebagai layanan yang dapat disewa.
  2. Kesejahteraan Ibu Pengganti:
    Beberapa netizen membahas kesejahteraan ibu pengganti, terutama terkait dengan risiko fisik dan mental yang mungkin dialaminya selama kehamilan dan setelahnya. Mereka menyoroti pentingnya perlindungan hak dan kesejahteraan ibu pengganti.
  3. Keinginan Pasangan untuk Menjadi Orangtua:
    Di sisi lain, banyak juga netizen yang mendukung pasangan yang menginginkan menjadi orangtua dan melihat surrogate mother sebagai solusi positif untuk mewujudkan keinginan mereka memiliki keturunan.
  4. Regulasi dan Legalitas:
    Netizen juga membahas perlunya regulasi yang ketat dalam praktik surrogate mother untuk melindungi semua pihak yang terlibat, termasuk hak dan kesejahteraan ibu pengganti, pasangan yang ingin memiliki anak, dan tentu saja, anak yang dilahirkan.

Pentingnya Regulasi dan Perlindungan Hukum:

Melihat dampak dan kontroversi yang melibatkan praktik surrogate mother, penting untuk memiliki regulasi yang ketat dan perlindungan hukum. Beberapa negara atau wilayah memiliki undang-undang yang mengatur dengan jelas mengenai surrogate mother, sementara di tempat lain, masih terjadi kekosongan hukum yang memunculkan berbagai masalah.

  1. Perlindungan Hak Ibu Pengganti:
    Regulasi yang baik harus memastikan bahwa ibu pengganti dilindungi dari eksploitasi, mendapatkan perawatan medis yang sesuai, dan memiliki hak untuk menentukan keputusan medis dan kehamilan.
  2. Hak dan Tanggung Jawab Calon Orangtua:
    Pasangan yang ingin memiliki anak juga harus mendapatkan perlindungan hukum dan hak untuk menjadi orangtua sah, sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
  3. Perlindungan Hak Anak yang Dilahirkan:
    Anak yang dilahirkan melalui surrogate mother juga harus mendapatkan perlindungan haknya, termasuk hak untuk mengetahui asal-usul biologisnya dan hak-hak lain yang melibatkan identitas dan kesejahteraan.

Praktik surrogate mother menjadi topik yang kontroversial dan memicu berbagai perdebatan di kalangan netizen. Meskipun banyak yang membahas dampak moral dan etika, penting untuk diakui bahwa praktik ini dapat menjadi pilihan bagi mereka yang menghadapi kesulitan kehamilan atau tidak dapat hamil secara alami.

Pentingnya regulasi yang jelas dan perlindungan hukum adalah kunci dalam memastikan bahwa semua pihak yang terlibat mendapatkan hak dan perlindungan yang setara. Melalui dialog yang terbuka, masyarakat dapat berkontribusi dalam merumuskan kebijakan yang mendukung hak, kesejahteraan, dan keadilan bagi semua individu yang terlibat dalam praktik surrogate mother.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *